Kamis, 02 Juni 2011

Mengapa Kita Memperingati Kenaikan Yesus?

Sudah beberapa tahun terakhir saya sering mendengar pertanyaan serupa dari teman-teman menjelang Kamis, 40 hari setelah Paskah tiap tahunnya.

Mengapa kita merayakan Natal?
Tentu saja, karena Natal adalah suatu awal karya penebusan, dimana Juruselamat pertama kali hadir di dunia.

Mengapa kita memperingati kematian Kristus dan merayakan kebangkitannya?
Justru di situlah inti kekristenan. Kita memperingati karya penebusan dan merayakan kemenangan yang luar biasa!

Tapi kenaikan Tuhan Yesus, mengapa kita harus memperingatinya? Bukankah jauh lebih meriah kalau kita cukup memperingati hari Pentakosta saja, dimana Roh Kudus turun dan menjadi sejarah awal mula Gereja?

"Saya tidak melihat ada kesan celebration pada peringatan hari kenaikan, sehingga hari itu harus dirayakan atau diperingati. Bukankah cukup dihayati saja, tidak usah sampai dijadikan hari libur begitu?" kata seorang teman.

Tapi berbeda dengan saya. Secara pribadi, saya melihat ada beberapa makna khusus dalam peringatan hari kenaikan sehingga momen itu patut diperingati.

Jika dilihat dari konteks sejarahnya, memang tidak ada bukti tertulis ditemukan tentang alasan Gereja memperingati hari ini, walaupun peringatan hari kenaikan ini memang sudah diperingati sejak zaman Gereja Perdana. Walaupun demikian, saya akan mengutarakan opini saya secara pribadi melalui tulisan ini, tentang mengapa kita, sebagai Orang Kristen patut memaknai hari kenaikan ini.

Menurut saya paling tidak ada tiga makna dalam peringatan hari kenaikan yang membuat hari itu patut diperingati.

1. Memperingati kenaikan-Nya = menantikan kembali kedatangan-Nya.
Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga. (Kis 1:11)

Bisa jadi, di tengah segala kesibukan aktivitas kita sehari-hari, kita lupa bahwa Tuhan Yesus pernah menjanjikan Dia akan datang kembali pada waktu yang tidak akan pernah kita ketahui. Memperingati hari kenaikan-Nya membantu kita merefleksikan kembali diri kita sehingga kita tidak keenakan terlena dengan rutinitas kita dan membuat kita melupakan pengharapan akan kedatangan-Nya kembali.

Akuilah, di tengah kesibukan keseharian kita, kita bahkan kadang lupa kalau Tuhan Yesus akan datang, bukan? Kalau Anda sering lupa, minimal Anda mengingatnya setahun sekali, yaitu saat peringatan kenaikan-Nya.

2. Ada janji yang digenapi setelah kenaikan-Nya.
Janji apa saja itu?

Roh Kudus
Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur (Roh Kudus) itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu. (Yoh 16:7)

Bayangkan bagaimana jadinya kalau Tuhan Yesus terus-terusan di dunia sampai saat ini dan Roh Kudus tidak pernah turun? Kemungkinan besar kekristenan tidak akan menyebar dan hanya akan berkembang di daerah di mana Tuhan Yesus tinggal saja.

Tapi dengan naiknya Tuhan Yesus, murid-murid-Nyalah yang akan menggantikan-Nya menyebarkan kabar baik itu, dengan tuntunan Roh Kudus, tentunya.

Rumah Bapa
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.... Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. (Yoh 14:2)

Kita menantikan suatu pengharapan tentang hidup yang kekal. Kalau seandainya Tuhan Yesus tidak naik dan masih ada di dunia sampai sekarang, pengharapan itu tidak akan pernah ada dan orang-orang yang percaya pada-Nya hanya akan menjadi pengikut-pengikut yang manja.

Tetapi dengan naiknya Tuhan Yesus, kita dibiarkan berjuang sendirian di dunia ini dengan segala tekanannya. Memperingati kenaikan Tuhan Yesus memberikan kita penghiburan bahwa setelah seluruh perjuangan kita di dunia ini usai, akan disediakan tempat yang kekal bagi kita.

3. Memperingati kenaikan Tuhan Yesus memberikan kesadaran akan otoritas kita.
Hal ini masih berkaitan dengan poin 2 di atas. Bayangkan kalau Tuhan Yesus tidak pernah naik dan masih tetap tinggal sampai sekarang. Saya pernah membayangkannya dan percayalah, hasilnya tidak akan pernah memuaskan. Ilustrasi berikut mungkin bisa membantu Anda.

Bayangkan saja kalau setelah ribuan tahun, Tuhan Yesus, dengan kekekalan tubuh rohani-Nya, masih tinggal di Yerusalem sampai sekarang. Keadannya tidak akan jauh beda dengan sebelum kematian-Nya. Orang akan mendengar bahwa ada seorang penuh kuasa tinggal di Yerusalem, lalu banyak orang berbondong-bondong datang dan meminta mujizat.

Apabila ada anggota keluarga Anda yang, mungkin, menderita penyakit kanker, Anda pasti mempertimbangkan, daripada menghabiskan biaya untuk rumah sakit di Singapura, kenapa biayanya tidak dipakai ke Yerusalem dan bertemu Yesus untuk disembuhkan?

Tapi seperti yang telah saya jelaskan di atas, orang-orang seperti ini hanya akan menjadi pengikut-pengikut yang manja. Tidak akan pernah ada doa, tidak akan pernah ada iman, atau pengharapan, bahkan perjuangan lebih untuk bertahan. Kepercayaan terhadap Kristus akan sangat dangkal.

Tapi bagaimana dengan terjadinya kenaikan Yesus? Otoritas sepenuhnya terhadap dunia diturunkan kepada kita.

Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,... (Kis 1:8)

Ayat di atas adalah janji Tuhan Yesus sebelum naik. Kuasa itulah yang memberi kekuatan bagi Orang Kristen saat ini. Lihat saja hasilnya: Gereja berkembang, tidak hanya di Yerusalem, tapi sampai ke mana-mana; ujian berupa penganiayaan terhadap Gereja justru membuat Gereja semakin berkembang, hingga bisa kita rasakan sampai kini; iman Kristen mulai bertumbuh melalui doa dan pengharapan. Memperingati kenaikan Tuhan Yesus kembali mengingatkan kita bahwa kita memiliki kuasa itu; otoritas dari Tuhan diberikan kepada kita sebagai wakil-Nya di dunia.

Inilah beberapa poin yang saya maknai dari peristiwa kenaikan Yesus. Anda mungkin bisa menambahkan beberapa makna lain, tapi apapun itu, kita semua bisa merasakan pengaruh besar yang ada setelah peristiwa kenaikan-Nya ini, sehingga kita semua patut memperingatinya.

* * *
Hari Kenaikan Tuhan Yesus, Kamis, 2 Juni 2011

Tidak ada komentar: