Kamis, 16 Juni 2011

Tinggal Sertaku

"Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam," demikian kata Kleopas dan kawannya. (Luk 24:29)

Saya bertanya-tanya, kira-kira apa yang akan terjadi seandainya Kleopas dan kawannya tidak mengajak Yesus tinggal malam itu?



Mari kita coba melakukan sedikit perubahan skenario pada kisah ini:
... Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia [Yesus] berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
"Sayang sekali, percakapan kita harus berhenti di sini," kata Kleopas. "Kami sudah sampai. Semoga perjalanan Anda selanjutnya menyenangkan. Maaf karena...."
"Tidak apa-apa," jawab Yesus. "Tujuan akhir saya juga sudah dekat, kok."
Maka Yesus melanjutkan perjalanan-Nya. Angin sepoi-sepoi bertiup, membawanya menghilang di kegelapan malam. Sementara itu, Kleopas dan kawannya masuk ke rumah mereka.
Masih dengan perasaan tertekan dan gusar yang dibawanya dari Yerusalem, Kleopas dan kawannya menghabiskan sisa malam itu, bahkan mungkin juga sisa hidup mereka. Bagi mereka, Yesus sudah mati selamanya dan tidak akan pernah bangkit lagi.

Tapi mari kita lihat fakta yang ditulis Lukas. Mereka sangat mendesak Yesus untuk mampir, lalu Ia tinggal bersama-sama mereka. Ketika saat makan tiba, barulah mereka sadar bahwa orang di hadapan mereka itu adalah Yesus. Semangat mereka kembali pulih. Mereka rela menempuh kembali jalan tujuh mil kembali ke Yerusalem demi mengabarkan pada teman-teman lain bahwa Yesus hidup!

Mereka yang tadinya putus asa dengan matinya Yesus, resah dengan kabar-kabar yang beredar: "kubur Yesus kosong? Yesus bangkit atau mayatnya dicuri?" kini memperoleh kembali semangat mereka. Semua berawal saat mereka mengajak Yesus untuk tinggal.

Membaca kisah ini selalu mengingatkan saya pada lagu "Tinggal Sertaku" (Kidung Jemaat 329), dan memang lagu ini diciptakan terinspirasi dari ayat di atas. Judul aslinya "Abide with Me." Coba simak lirik bahasa aslinya berikut ini:

Abide with me; fast falls the eventide;
The darkness deepens; Lord with me abide.
When other helpers fail and comforts flee,
Help of the helpless, O abide with me.

Swift to its close ebbs out life’s little day;
Earth’s joys grow dim; its glories pass away;
Change and decay in all around I see;
O Thou who changest not, abide with me.

I need Thy presence every passing hour.
What but Thy grace can foil the tempter’s power?
Who, like Thyself, my guide and stay can be?
Through cloud and sunshine, Lord, abide with me.

I fear no foe, with Thee at hand to bless;
Ills have no weight, and tears no bitterness.
Where is death’s sting? Where, grave, thy victory?
I triumph still, if Thou abide with me.

Hold Thou Thy cross before my closing eyes;
Shine through the gloom and point me to the skies.
Heaven’s morning breaks, and earth’s vain shadows flee;
In life, in death, O Lord, abide with me.

Sekilas dilihat bahwa lagu ini cocoknya dinyanyikan pada saat-saat terakhir dalam hidup seseorang; ketika seseorang sekarat dan sudah mendekati ajalnya.
Henry Francis Lyte

Kisah awal terciptanya lagu ini memang seperti itu. Adalah Henry Francis Lyte, seorang pendeta Anglikan di Inggris yang telah bertahun-tahun bertahan dari penyakit tuberculosis-nya. Tahun 1847, setelah menyampaikan khotbahnya kepada jemaatnya, ia menulis lagu ini. Ia mungkin tahu, kalau tadi itu adalah khotbah terakhirnya. Esoknya, ia berangkat ke Perancis untuk memulihkan kesehatannya lalu kemudian meninggal di Nice, Perancis, tiga minggu setelah menulis lagu ini.

Lagu ini sangat lazim dinyanyikan dengan melodi "Eventide" gubahan William Henry Monk tahun 1861, yang juga sama-sama mengalami kesedihan, dimana putrinya yang berusia tiga tahun baru saja meninggal sebelum ia menggubah melodi ini.
William Henry Monk

Dua kisah kematian telah mewarnai terciptanya lagu ini. Anda mungkin berkata, "Saya sehat-sehat saja, belum sekarat. Anggota keluarga saya juga tidak ada yang berduka cita atau meninggal. Mengapa saya harus menyanyikan lagu ini?"

Anda boleh berkata seperti itu. Tapi bukan berarti kehidupan Anda secara total lepas dari permasalahan. Anda mungkin mengalami masalah dalam pekerjaan, dalam studi, dalam keluarga, masalah finansial, atau apapun itu yang membuat Anda mungkin sudah putus asa untuk menghadapinya, melalui lagu ini Anda dapat berdoa, sama seperti Kleopas dan kawannya berkata kepada Tuhan, "Tinggallah bersama kami -- Help of the helpless, O abide with me."
* * *

Tidak ada komentar: