Rabu, 08 Juni 2011

Blessed Assurance

Waktu itu tahun 1873 dan pipe organ adalah barang yang sangat mahal untuk diperoleh. Alat musik besar ini hanya dapat ditemui di tempat-tempat seperti gereja-gereja megah dengan pendanaan yang cukup besar, sekolah-sekolah musik, atau di rumah-rumah orang kaya yang mengeluarkan uangnya hanya untuk itu. Phoebe Palmer Knapp adalah salah satu yang termasuk kategori terakhir tadi; ia seorang musisi dan isteri dari seorang jutawan Amerika, Joseph Fairchild Knapp. 

Tahun 1873 itu pula Knapp kedatangan seorang tamu di rumahnya, seorang sahabat baiknya, Fanny Crosby. Ya, Anda mungkin sudah bisa menebaknya. Dialah Frances Jane Crosby, seorang tunanetra yang menulis ribuan puisi dan lirik lagu, khususnya lirik-lirik lagu himne gerejawi. Setiap ia berkunjung ke New York, ia pasti menyempatkan diri tinggal di rumah sahabatnya ini, sebuah rumah megah dengan nama “Knapp Mansion.” 
Phoebe P. Knapp
Hari itu, ketika Fanny berkunjung, ruang musik Knapp Mansion sibuk dengan kegiatan instalasi pipe organ baru yang besar itu. Dan kebetulan pula pada hari itu, Knapp memiliki sebuah ide komposisi di kepalanya. Karena pipe organ yang baru belum bisa digunakan, maka Knapp mengajak Fanny ke piano. 

Knapp memainkan melodi komposisinya itu di piano, kemudian bertanya kepada Fanny, “Bagaimana menurutmu, apa yang dikatakan lagu ini?” 

Fanny J. Crosby
Fanny masih belum bisa menangkapnya dengan jelas, maka ia menyuruh Knapp mengulanginya lagi. Setelah diulangi dua hingga tiga kali, tanpa banyak bicara lagi, Fanny langsung menjawab, “Blessed assurance, Jesus is mine!” (Keyakinan yang diberkati, Yesus milikku!). 

Sejak saat itu, terciptalah sebuah lagu yang akan dikenal di seluruh dunia dengan judul Blessed Assurance. Melodi yang diciptakan Knapp sendiri diberi judul Assurance. Berikut lirik lengkap lagunya:

Blessed assurance, Jesus is mine!
O what a foretaste of glory divine!
Heir of salvation, purchase of God,
Born of His Spirit, washed in His blood.
Refrain: This is my story, this is my song,
praising my Savior all the day long;
this is my story, this is my song,
praising my Savior all the day long.
Perfect submission, perfect delight!
Visions of rapture now burst on my sight;
Angels descending bring from above
Echoes of mercy, whispers of love.
(Refrain)
Perfect submission, all is at rest!
I in my Savior am happy and blest,
Watching and waiting, looking above,
Filled with his goodness, lost in His love.
(Refrain)

Oleh Yayasan Musik Gerejawi (Yamuger), pada tahun 1978, lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Ku Berbahagia. Terjemahannya dapat dilihat dalam Kidung Jemaat no. 392. 

Lagu ini sangat menyiratkan kerinduan Fanny Crosby akan kehidupan kekal di sorga bersama Tuhan, hal ini dapat dilihat dari bait-baitnya. Sementara refrainnya sendiri mengungkapkan sukacita Fanny yang luar biasa terhadap Tuhan, serta bagaimana kisah hidupnya membuatnya terus dapat bernyanyi bagi Tuhan. 

Bagaimana sebenarnya kisah hidup Fanny? Saya tidak akan menceritakannya secara lengkap di sini; cerita mengenai kisah hidupnya sudah menyebar ke mana-mana dan dapat Anda cari. Anda bahkan mungkin mengetahui kisahnya, bagaimana ia menderita cacat pada matanya sejak bayi hingga sepanjang sisa hidup berikutnya ia tidak dapat melihat. Tapi beberapa kalimat yang diucapkan Crosby menyentuh banyak orang. 

It seemed intended by the blessed providence of God that I should be blind all my life, and I thank him for the dispensation. If perfect earthly sight were offered me tomorrow I would not accept it. I might not have sung hymns to the praise of God if I had been distracted by the beautiful and interesting things about me. 

(Adalah suatu anugerah dari Tuhan jika saya buta sepanjang hidup saya, dan saya bersyukur untuk takdir itu. Jika kesembuhan ditawarkan padaku besok, aku tidak akan menerimanya. Saya mungkin tidak akan bernyanyi dan memuji Tuhan kalau saya bingung dengan keindahan dan segala hal menarik disekitarku.) 

Ia memilih untuk tetap buta dan ia mensyukurinya! Crosby juga pernah mengatakan, “When I get to heaven, the first face that shall ever gladden my sight will be that of my Savior.” (Ketika saya sudah di sorga nanti, wajah pertama yang akan memukau penglihatan saya adalah wajah Penebusku.) 

Pernyataan itu juga menjawab mengapa Crosby memiliki kerinduan yang besar terhadap sorga, bahkan menciptakan lagu dengan tema itu. 

Kehidupan Fanny Crosby memberikan contoh bagi kehidupan kita. Jika orang cacat seperti Crosby bisa tegar dan bersyukur dengan segala yang ada dalam kehidupannya, mengapa kita justru sering mengeluh? Jika Anda tidak dapat bersyukur atas setiap detil kecil yang Tuhan lakukan atas hidup Anda, maaf, lagu Blessed Assurance ini bukan untuk Anda. 

Justru sebaliknya, ketika Anda menyanyikan lagu ini, Anda akan merasakan kerinduan yang sama yang dimiliki Crosby: bersyukur atas kisah hidup Anda sendiri sambil menantikan pengharapan akan hidup yang kekal nanti bersama Tuhan.
* * *
Catatan penulis
Terakhir kali saya mendengarkan lagu ini dinyanyikan dalam ibadah adalah saat tiga minggu lalu dan dinyanyikan dengan genre pop. Sejak saat itu, banyak teman-teman merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai lagu ini: siapa penciptanya, bagaimana lirik aslinya, dan sebagainya, yang kemudian memancing saya untuk mengeluarkan tulisan ini. Bagi saya sendiri, walupun sudah lewat tiga minggu, lagu ini masih terus berputar-putar di kepala saya seolah ada MP3 player tak kasat mata di kepala ini yang memutarnya terus-menerus, hingga membuat saya mengerti makna sesungguhnya dari lagu ini. Tulisan ini sendiri saya angkat dengan referensi dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar: