Kapan kalimat seperti itu terlintas dalam kehidupan Anda?
"Kalau saja aku tahu ternyata banyak teman yang mendukungku, aku pasti akan mencalonkan diri dan sudah terpilih menjadi ketua saat ini."
"Seandainya aku menerima tawaran tugas dari bos minggu lalu, mungkin yang akan naik jabatan itu aku dan bukannya si anu."
"Jawaban seperti itu sempat terlintas dalam pikiranku tadi. Seandainya saja soal tadi kujawab, pasti aku sudah lulus tes sekarang."
"Ternyata setelah dievaluasi, tawaran perusahaan lain pun gak ada yang lebih baik dari tawaran perusahaan kita. Tahu begitu, kenapa kita malah mengundurkan diri dari tender itu?"
"Ah, padahal tinggal selangkah lagi!"
Coba renungkan kembali, mungkin sebagian besar kegagalan kita saat ini akibat kurangnya percaya diri kita ketika menghadapi tugas-tugas di masa lalu. Garis keberhasilan itu mungkin sudah dekat, tinggal selangkah lagi. Tapi kemudian Anda ragu dan menarik kembali kaki Anda. Lalu tanpa Anda sadari, garis keberhasilan itu lalu semakin menjauh dan menjauh dari Anda hingga Anda merasa tidak mampu lagi menjangkaunya.
Seperti itu jugalah perjalanan Bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun. Bayangkan, 40 tahun! Padahal cukup dua atau tiga tahun saja, mereka sudah dapat sampai ke tanah Kanaan. Momentumnya terjadi di Bilangan 13 dan 14.
Saat itu Bangsa Israel mengirim perwakilan seorang dari tiap suku untuk mengintai tanah Kanaan yang akan mereka masuki. Mereka sudah mencapai perbatasan! Tinggal selangkah lagi, dan hasil pengintaian 12 orang inilah yang akan menentukan kelanjutan perjalanan mereka.
Sepulang dari pengintaian, mereka membawa kabar baik tentang hasil alam negeri itu. Tetapi sepuluh orang di antara mereka rupanya memiliki rasa kurang percaya diri menghadapi penduduk Kanaan tersebut.
Bahkan mereka mengatakan, "Kami lihat di sana orang-orang raksasa, dan kami lihat diri kami seperti belalang, dan demikian juga mereka terhadap kami." (Bil 13:33)
Seperti belalang?! Betapa rendahnya rasa percaya diri mereka! Mereka bahkan mempersonifikasikan diri mereka sebagai belalang di hadapan penduduk Kanaan yang adalah manusia, sama seperti mereka.
Sementara itu, bagaimana dengan dua pengintai lainnya? Mungkin saja Yosua dan Kaleb juga sama takutnya dengan kesepuluh orang tadi. Cuma bedanya, ketakutan mereka dibarengi dengan kepercayaan kepada Tuhan. Kecemasan mereka justru membuat mereka memandang masalah itu semakin kecil dan Tuhan semakin besar. Coba perhatikan perkataan kedua orang ini (Bil 14:7-9). Di sini saya menekankan beberapa perkataan mereka:
".... Jika Tuhan berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu.... Hanya, janganlah memberontak kepada Tuhan.... Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang Tuhan menyertai kita...."
Bandingkan rasa percaya diri mereka dengan kesepuluh orang lainnya. Sangat jauh berbeda! Dan uniknya, yang membuat kepercayaan diri mereka itu berbeda adalah bahwa mereka memiliki kepercayaan diri di dalam Tuhan.
Cerita selanjutnya sudah dapat Anda tebak. Dua orang ini kalah suara dan Orang Israel bersungut-sungut akibat provokasi dari kesepuluh orang tadi yang membuat Tuhan marah dan mengarahkan mereka untuk berbalik dan kembali ke arah Laut Merah. Padahal mereka sudah sampai di perbatasan. Seandainya saja mereka memiliki kepercayaan diri seperti Yosua dan Kaleb. Ah, padahal tinggal selangkah lagi!
Anda bisa belajar memiliki kepercayaan diri seperti Yosua dan Kaleb. Anda mungkin saja gentar dengan masalah yang Anda hadapi, tapi jangan mau Anda diinjak-injak oleh masalah itu. Arahkan pandangan kepada Tuhan dan milikilah kepercayaan diri bahwa Tuhan akan selalu berada di pihak kita.
Selanjutnya, tidak akan ada lagi perasaan takut salah, tidak ada lagi perasaan cemas dengan risiko dari suatu pekerjaan, tidak ada lagi perasaan minder di antara rekan sekerja lainnya, tetapi yang ada hanyalah perasaan bahwa Anda kuat bersama dengan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar