Di tulisan sebelumnya, saya sudah memaparkan mengapa Alkitab kita diterjemahkan dari bahasa aslinya. Pada tulisan ini, kita akan lebih aplikatif lagi. Kenapa, sih, Orang Kristen perlu membiasakan diri membaca Alkitab?
Saya akan memberikan ilustrasi singkat mengenai hal ini.
Katakanlah, belasan atau puluhan tahun lalu, ketika Anda masih duduk di bangku sekolah dasar, Anda memiliki seorang teman akrab. Di kelas, kalian duduk bersebelahan, kalian belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, dan bermain bersama. Sebagian besar waktu selama enam tahun di SD Anda habiskan bersamanya.
Kemudian komunikasi kalian terputus ketika kalian tamat SD; kalian berdua lanjut ke SMP yang berbeda. Kalau zaman sekarang dua orang ingin berpisah, mereka pasti tukar-tukaran nomor ponsel atau alamat email agar tetap dapat menjalin komunikasi jarak jauh. Sayangnya, sarana komunikasi saat itu belum secanggih saat ini. Jadinya, hubungan kalian berdua semakin renggang.
Hubungan itu makin renggang lagi ketika Anda menginjak bangku SMA dan kuliah. Anda bahkan tidak mengetahui lagi keberadaan sahabat Anda itu. Anda mungkin bertanya-tanya, "Di mana SMA-nya? Dia lanjut kuliah di mana, jurusan apa? Atau jangan-jangan, ia sudah kerja sekarang?"
Nah, tibalah Anda di zaman ini, dimana teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat, salah satunya melalui internet. Sebagian besar pengguna internet saat ini pasti memiliki minimal satu account dalam social network, entah itu Facebook, Twitter atau social network lainnya.
Katakanlah, Anda memiliki account Facebook (ini bukan promosi, lho; saya mengambil ini hanya sebagai contoh, mengingat social network ini yang paling dikenal di Indonesia). Suatu hari, Anda berinisiatif mencari teman-teman lama Anda di Facebook; siapa tahu, mereka juga memiliki account di Facebook.
Lalu ketemulah account sahabat karib Anda ketika SD itu. Setelah namanya dicocokkan dengan profil dan fotonya, Anda benar-benar yakin kalau itu adalah dia! Anda mengajukan friend request,berharap kalau ia pun akan segera membalas permintaan kawan lamanya ini.
Tapi kemudian apa yang terjadi: Anda menunggu seminggu hingga dua minggu, tapi friend request itu tidak dibalasnya. Ternyata ia membalasnya setelah lewat sebulan lebih. Setelah itu pun, ternyata ia tetap saja cuek. Anda menulis di wall-nya, mengajak ngobrol sebagai seorang sahabat lama, tetapi ia hanya membalas sekadarnya saja. Ketika Anda menemukan ia sedang online, Anda mengajaknya chatting tetapi hanya dibalasnya dengan going offline.
Bagaimana perasaan Anda ketika hal itu terjadi? Kecewa? Ya, Anda pasti kecewa! Persahabatan Anda yang sangat akrab dulu ternyata tidak diindahkannya saat ini. Kalau dalam situasi seperti itu Anda merasa kecewa, baguslah, berarti Anda pun dapat memahami perasaan Allah terhadap Anda, ketika Anda tidak mau membiasakan diri membaca Alkitab tiap hari.
Di tulisan sebelumnya, saya sudah memperlihatkan, bahwa misi pertama dan utama Allah turun ke dunia adalah Imanuel. Allah ingin ada di tengah-tengah kita; Ia ingin kembali akrab dengan kita, kembali temenan dengan kita!
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hubungan Allah dan manusia yang dulunya sangat karib, terputus. Sejak saat itu, sangat jarang terjalin komunikasi antara Allah dan manusia. Kemudian Allah mengambil inisiatif untuk kembali akrab dengan manusia (ingat, Allahlah yang lebih dulu mengambil inisiatif!). Ribuan tahun silam, Ia berbicara kepada manusia melalui Yesus dan saat ini, Ia berbicara kepada kita melalui Roh Kudus dan Firman-Nya, Alkitab.
Pada tulisan sebelumnya juga saya memperlihatkan, betapa terjemahan Alkitab telah memfasilitasi terjalinnya kembali hubungan akrab antara Allah dan manusia. Kalau dengan fasilitas seperti ini, Anda tidak mau juga membiasakan diri membaca Alkitab, mohon maaf kalau saya mengatakan Anda keterlaluan! Dengan tidak membaca Alkitab, Anda tidak menghargai kerja keras para penerjemah Alkitab yang membuat Anda dapat dengan mudah membaca Alkitab saat ini; Anda juga tidak menghargai para tokoh, yang dengan hikmat Roh Kudus, menuliskan Firman Allah ini kepada Anda (lih. 1Ptr 1:21); dan yang lebih mengecewakan lagi, Anda tidak menghargai inisiatif Allah, yang melalui Firman-Nya, ingin menjalin hubungan kembali dengan kita (lih. Yoh 1:1-2, 14).
Tulisan di atas hanya salah satu motivasi yang mendorong kita untuk memiliki kebiasaan membaca Alkitab: untuk menghargai inisiatif Allah yang ingin kembali menjalin hubungan dengan manusia. Selain ini, sebenarnya ada sangat banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dari membaca Alkitab, yang kemudian bisa mendorong dan memotivasi Anda untuk memiliki kebiasaan membaca Alkitab setiap hari.
Sayangnya, banyak Orang Kristen saat ini hanya membaca saja, tetapi tidak membawa perubahan dalam hidupnya. Kalau begitu, sama aja bohong, nggak ada gunanya! Wah, sepertinya topiknya makin meluas, nih. Baiklah, untuk tulisan berikutnya, saya akan memberikan tips, bagaimana membaca Alkitab dengan benar, agar kita tidak hanya menjadi pembaca dan pendengar firman saja, tetapi juga menjadi pelaku-pelaku firman (seperti tagline blog ini di atas, lho, hehehe...).
Masih bersambung....
Saya akan memberikan ilustrasi singkat mengenai hal ini.
Katakanlah, belasan atau puluhan tahun lalu, ketika Anda masih duduk di bangku sekolah dasar, Anda memiliki seorang teman akrab. Di kelas, kalian duduk bersebelahan, kalian belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, dan bermain bersama. Sebagian besar waktu selama enam tahun di SD Anda habiskan bersamanya.
Kemudian komunikasi kalian terputus ketika kalian tamat SD; kalian berdua lanjut ke SMP yang berbeda. Kalau zaman sekarang dua orang ingin berpisah, mereka pasti tukar-tukaran nomor ponsel atau alamat email agar tetap dapat menjalin komunikasi jarak jauh. Sayangnya, sarana komunikasi saat itu belum secanggih saat ini. Jadinya, hubungan kalian berdua semakin renggang.
Hubungan itu makin renggang lagi ketika Anda menginjak bangku SMA dan kuliah. Anda bahkan tidak mengetahui lagi keberadaan sahabat Anda itu. Anda mungkin bertanya-tanya, "Di mana SMA-nya? Dia lanjut kuliah di mana, jurusan apa? Atau jangan-jangan, ia sudah kerja sekarang?"
Nah, tibalah Anda di zaman ini, dimana teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat, salah satunya melalui internet. Sebagian besar pengguna internet saat ini pasti memiliki minimal satu account dalam social network, entah itu Facebook, Twitter atau social network lainnya.
Katakanlah, Anda memiliki account Facebook (ini bukan promosi, lho; saya mengambil ini hanya sebagai contoh, mengingat social network ini yang paling dikenal di Indonesia). Suatu hari, Anda berinisiatif mencari teman-teman lama Anda di Facebook; siapa tahu, mereka juga memiliki account di Facebook.
Lalu ketemulah account sahabat karib Anda ketika SD itu. Setelah namanya dicocokkan dengan profil dan fotonya, Anda benar-benar yakin kalau itu adalah dia! Anda mengajukan friend request,berharap kalau ia pun akan segera membalas permintaan kawan lamanya ini.
Tapi kemudian apa yang terjadi: Anda menunggu seminggu hingga dua minggu, tapi friend request itu tidak dibalasnya. Ternyata ia membalasnya setelah lewat sebulan lebih. Setelah itu pun, ternyata ia tetap saja cuek. Anda menulis di wall-nya, mengajak ngobrol sebagai seorang sahabat lama, tetapi ia hanya membalas sekadarnya saja. Ketika Anda menemukan ia sedang online, Anda mengajaknya chatting tetapi hanya dibalasnya dengan going offline.
Bagaimana perasaan Anda ketika hal itu terjadi? Kecewa? Ya, Anda pasti kecewa! Persahabatan Anda yang sangat akrab dulu ternyata tidak diindahkannya saat ini. Kalau dalam situasi seperti itu Anda merasa kecewa, baguslah, berarti Anda pun dapat memahami perasaan Allah terhadap Anda, ketika Anda tidak mau membiasakan diri membaca Alkitab tiap hari.
Di tulisan sebelumnya, saya sudah memperlihatkan, bahwa misi pertama dan utama Allah turun ke dunia adalah Imanuel. Allah ingin ada di tengah-tengah kita; Ia ingin kembali akrab dengan kita, kembali temenan dengan kita!
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hubungan Allah dan manusia yang dulunya sangat karib, terputus. Sejak saat itu, sangat jarang terjalin komunikasi antara Allah dan manusia. Kemudian Allah mengambil inisiatif untuk kembali akrab dengan manusia (ingat, Allahlah yang lebih dulu mengambil inisiatif!). Ribuan tahun silam, Ia berbicara kepada manusia melalui Yesus dan saat ini, Ia berbicara kepada kita melalui Roh Kudus dan Firman-Nya, Alkitab.
Pada tulisan sebelumnya juga saya memperlihatkan, betapa terjemahan Alkitab telah memfasilitasi terjalinnya kembali hubungan akrab antara Allah dan manusia. Kalau dengan fasilitas seperti ini, Anda tidak mau juga membiasakan diri membaca Alkitab, mohon maaf kalau saya mengatakan Anda keterlaluan! Dengan tidak membaca Alkitab, Anda tidak menghargai kerja keras para penerjemah Alkitab yang membuat Anda dapat dengan mudah membaca Alkitab saat ini; Anda juga tidak menghargai para tokoh, yang dengan hikmat Roh Kudus, menuliskan Firman Allah ini kepada Anda (lih. 1Ptr 1:21); dan yang lebih mengecewakan lagi, Anda tidak menghargai inisiatif Allah, yang melalui Firman-Nya, ingin menjalin hubungan kembali dengan kita (lih. Yoh 1:1-2, 14).
Tulisan di atas hanya salah satu motivasi yang mendorong kita untuk memiliki kebiasaan membaca Alkitab: untuk menghargai inisiatif Allah yang ingin kembali menjalin hubungan dengan manusia. Selain ini, sebenarnya ada sangat banyak manfaat yang bisa Anda peroleh dari membaca Alkitab, yang kemudian bisa mendorong dan memotivasi Anda untuk memiliki kebiasaan membaca Alkitab setiap hari.
Sayangnya, banyak Orang Kristen saat ini hanya membaca saja, tetapi tidak membawa perubahan dalam hidupnya. Kalau begitu, sama aja bohong, nggak ada gunanya! Wah, sepertinya topiknya makin meluas, nih. Baiklah, untuk tulisan berikutnya, saya akan memberikan tips, bagaimana membaca Alkitab dengan benar, agar kita tidak hanya menjadi pembaca dan pendengar firman saja, tetapi juga menjadi pelaku-pelaku firman (seperti tagline blog ini di atas, lho, hehehe...).
Masih bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar