Seperti kata kebanyakan orang, "I hate Mondays," mungkin begitu juga yang kurasakan pada hari Senin minggu ini. "Welcome, Monday. Kembali lagi pada kesibukan-kesibukan tiap minggu." Oh, iya, hari Rabu besok ada presentasi. Menyiapkan materi presentasi sebagai kegiatan awal minggu ini mungkin akan sangat baik.
Selasa, tambah satu tugas lagi! Deadline-nya dua minggu lagi. Sorenya..., bip... bip.... 'Satu pesan masuk' muncul di layar ponsel: "presentasinya ditunda sampai Rabu depan." Oke, berarti gue udah membuang-buang hari Senin kemarin untuk sesuatu yang seharusnya bisa dikerjakan minggu depan.
Rabu, walaupun tidak ada presentasi, tapi tetap masih ada tanggung jawab sebagai team leader untuk suatu tugas lain; sesuatu yang sebenarnya enggan kulakukan karena kecenderunganku untuk bekerja sendiri tanpa terlibat dalam suatu tim.
Kamis. "Ya ampun, aku lupa kalau ternyata ada satu deadline mendesak untuk besok!" Terpaksa harus dikerjakan dengan tergesa-gesa. O iya, harus selesai sebelum malam karena malamnya ada janji nonton konser dengan seorang sahabat.
Jumat. Paling tidak satu tugas akan berakhir hari ini. Lalu....
"Jangan lupa, malam ini ada latihan," kata seorang teman. Ah ya, besok kan ada pelayanan musik, jadi harus latihan di Gereja dulu. Kalau latihannya malam, berarti aku baru akan pulang mungkin setelah pukul 9. "Oh, lagi-lagi pulang malam!"
Sabtu. Pagi....
Tidak mungkin melepaskan pikiran dari semua tugas-tugas yang ada beserta seluruh deadline-nya yang semakin mendekat. Tapi paling tidak aku ingin bebas, satu kali ini saja! Maka di sinilah aku Sabtu pagi ini, hanya ditemani secangkir kopi (my favorite one! Mungkin kalian punya selera masing-masing yang berbeda).
Tapi aku merasakan masih ada seseorang lagi di sini bersamaku. Tuhan! Ya ampun, bagaimana aku bisa melupakan-Nya! Orang Kristen macam apa aku ini?!
Kesibukan dan tugas kita sehari-hari membuat kita kadang melupakan kehadiran-Nya, tapi Ia tidak pernah meninggalkan kita. Seolah-olah kita berjalan sendiri dan Tuhan terus mengekor kita dari belakang. Padahal bukankah seharusnya kita yang mengikuti Dia dan bukan sebaliknya?
Katanya kita menganggap pekerjaan kita sebagai pelayanan; kita melakukan tugas keseharian kita untuk memuliakan nama Tuhan. Tapi pekerjaan-untuk-Tuhan macam apa itu, kalau membuat kita melupakan-Nya?
Ingat ketika Tuhan Yesus menegur Marta?
Selasa, tambah satu tugas lagi! Deadline-nya dua minggu lagi. Sorenya..., bip... bip.... 'Satu pesan masuk' muncul di layar ponsel: "presentasinya ditunda sampai Rabu depan." Oke, berarti gue udah membuang-buang hari Senin kemarin untuk sesuatu yang seharusnya bisa dikerjakan minggu depan.
Rabu, walaupun tidak ada presentasi, tapi tetap masih ada tanggung jawab sebagai team leader untuk suatu tugas lain; sesuatu yang sebenarnya enggan kulakukan karena kecenderunganku untuk bekerja sendiri tanpa terlibat dalam suatu tim.
Kamis. "Ya ampun, aku lupa kalau ternyata ada satu deadline mendesak untuk besok!" Terpaksa harus dikerjakan dengan tergesa-gesa. O iya, harus selesai sebelum malam karena malamnya ada janji nonton konser dengan seorang sahabat.
Jumat. Paling tidak satu tugas akan berakhir hari ini. Lalu....
"Jangan lupa, malam ini ada latihan," kata seorang teman. Ah ya, besok kan ada pelayanan musik, jadi harus latihan di Gereja dulu. Kalau latihannya malam, berarti aku baru akan pulang mungkin setelah pukul 9. "Oh, lagi-lagi pulang malam!"
Sabtu. Pagi....
Tidak mungkin melepaskan pikiran dari semua tugas-tugas yang ada beserta seluruh deadline-nya yang semakin mendekat. Tapi paling tidak aku ingin bebas, satu kali ini saja! Maka di sinilah aku Sabtu pagi ini, hanya ditemani secangkir kopi (my favorite one! Mungkin kalian punya selera masing-masing yang berbeda).
Tapi aku merasakan masih ada seseorang lagi di sini bersamaku. Tuhan! Ya ampun, bagaimana aku bisa melupakan-Nya! Orang Kristen macam apa aku ini?!
Kesibukan dan tugas kita sehari-hari membuat kita kadang melupakan kehadiran-Nya, tapi Ia tidak pernah meninggalkan kita. Seolah-olah kita berjalan sendiri dan Tuhan terus mengekor kita dari belakang. Padahal bukankah seharusnya kita yang mengikuti Dia dan bukan sebaliknya?
Katanya kita menganggap pekerjaan kita sebagai pelayanan; kita melakukan tugas keseharian kita untuk memuliakan nama Tuhan. Tapi pekerjaan-untuk-Tuhan macam apa itu, kalau membuat kita melupakan-Nya?
Ingat ketika Tuhan Yesus menegur Marta?
"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:41-42)
Apa yang dilakukan Maria? "Ia duduk di dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya," kata Lukas 10:39.
Itulah esensinya! Kita tidak perlu meninggalkan pekerjaan kita. Kita bisa tetap melakukannya sambil terus bersandar pada-Nya dan mendengarkan-Nya.
Sabtu pagi ini, setelah berhanti dan melupakan sejenak semua tugas-tugas yang begitu mendesak, aku akhirnya bisa merasakan-Nya sambil berkata, "Dear God, maafkan selama ini aku melupakan-Mu. Tapi mulai saat ini ajarlah aku, sehingga dalam tiap pekerjaanku pun aku tetap merasakan-Mu dan mendengarkan-Mu."
Ah, kopiku sudah habis. Sudah saatnya menyelesaikan tulisan ini. Tapi semuanya tidak berhenti hanya sampai di sini, aku akan terus berusaha untuk tidak melupakan-Nya lagi.
* * *
Sesuai namanya: "Pelaku Firman," posting-posting di blog ini akan menuntun teman-teman pembaca Kristiani dalam melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kata Yakobus, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja...." (Yak 1:22)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar