Sabtu, 16 Juli 2011

Ke Mana Aku Dapat Pergi?: Sebuah Doa

Dialog itu terasa nyata Sabtu pagi ini.

Yesus: Apakah kamu tidak mau pergi juga?

Petrus: Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?



Tepat! Itulah pertanyaan yang terlintas hari ini, atau lebih tepatnya, seminggu ini.

Ke mana aku pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?

Manusia memang memiliki kecenderungan untuk selalu lari dari Tuhan; dan aku pun masih manusia. Seminggu ini berlalu dengan penuh kesibukan: bangun pagi-pagi, belum sempat mengucapkan, "Selamat pagi, Tuhan," sudah buru-buru berangkat ke kantor. Pulang malam hari dan masih saja selalu mencari alasan dengan menyibukkan diri sampai akhirnya kecapaian dan tertidur tanpa mengucapkan, "Selamat malam, Tuhan."

Yah, entah bisa digambarkan seperti apa hubungan kita seminggu ini? Dikatakan seperti sahabat, tapi cara kita berhubungan seperti orang sedang bermusuhan: diam-diaman, tidak saling menyapa. Aku lari, pergi ke tempat yang paling jauh. Tapi entah mengapa, toh, Kau pun selalu bisa mengejar. Dan dari tempat itu, Kau memegang tanganku dan menuntunku kembali.

Menuntunku? Setelah semua yang kulakukan terhadap-Mu?

Kau memang selalu tahu. Kau sudah tahu sebelumnya kalau kemarin aku akan melakukan dosa ini, Kau bahkan juga tahu kalau besok aku akan melakukan dosa itu. Jadi, ya sudah, aku menyerah. Mau lari seperti apapun tidak akan bisa.

Dan memang tepat, kalau di akhir pekan ini aku menyadari dan berkata, "Tuhan, ke mana aku dapat pergi dari-Mu?"

Catatan:
Doa ini merupakan parafrase dari Yohanes 6:67-68 dan Mazmur 139:7-10.

Tidak ada komentar: