Rabu, 25 Februari 2015

Siapa yang Tidak Ingin Dianggap Hebat?



Betul! Siapa yang tidak ingin dianggap hebat? Memiliki segudang prestasi, punya gelar tambahan di depan dan belakang nama, pangkat di bahu, dihormati semua orang, selalu diundang dalam acara-acara penting, tampil di muka umum, ditonton banyak orang. Sudah menjadi naluri manusia ingin tampil lebih menonjol dibandingkan orang lain.

Tapi, bagaimana jika kita tidak memiliki apa-apa? Tidak berprestasi, posisi sebagai bawahan, tidak pernah mengecap pendidikan tinggi, tidak banyak dikenal orang, padahal sudah berjuang dengan sangat keras. Tidak banyak orang yang puas dengan hal-hal yang seperti ini. Semua orang berusaha menjadi orang hebat. Bahkan, sebagian lagi tidak peduli caranya asalkan keinginannya untuk menjadi orang hebat tergapai.

Suku Efraim pernah mengalaminya. Di bawah pimpinan Gideon, suku Manasye, Asyer, Zebulon dan Naftali berperang melawan orang Midian, tetapi suku Efraim tidak dipanggil. Barulah setelah peperangan meluas, Gideon mengirim utusan ke Efraim untuk ikut berperang. Seusai perang, mereka kecewa. Kenapa mereka tidak dipanggil dari awal? Apakah mereka dianggap lemah dan tidak dapat berperang? Mereka hanya menerima sisa-sisa musuh saja. Mereka tidak menonjol dari awal. Mereka dianggap kurang hebat. Protes inilah yang terjadi dalam Hakim-hakim 8:1-3.

Tapi, apakah betul mereka tidak hebat? Gideon mengajak mereka untuk tidak hanya melihat perang ini dari kacamata mereka, yaitu bahwa mereka dipanggil belakangan hanya untuk membantu dan tidak ikut pertempuran utama. Gideon menarik mereka ke belakang untuk melihat lebih luas lagi. Apa hasil peperangan ini? Ternyata, berkat kontribusi suku Efraim, mereka dapat menangkap dua raja Midian dan akhirnya memperoleh kemenangan!

Ini jugalah yang seharusnya kita lakukan. Ketika kita tidak dianggap hebat, posisi kita rendah, peran kita kecil, alih-alih maju dan menghalalkan segala cara atau menjadi kecewa dan protes, marilah kita menarik diri ke belakang melihat keseluruhan sistem itu dan mencermati posisi kita, maka kita bisa melihat kontribusi kita secara lebih luas.

Mungkin kita hanya staf kecil dalam sebuah perusahaan, tapi kita bisa berkontribusi dalam pencapaian profit perusahaan. Kita mungkin hanya memiliki posisi kecil dalam sebuah kepanitiaan, menjadi “seksi sibuk”, mengatur ini dan itu tanpa merasa dihargai oleh orang lain, tapi mungkin sebuah acara tidak dapat berjalan tanpa peran kita. Atau kita hanya jemaat biasa dalam gereja, bukan majelis, tidak punya talenta apa-apa untuk melayani, tapi tanpa doa-doa kita mungkin gereja kita tidak berkembang seperti sekarang.

Sebuah perusahaan tidak akan berkembang kalau semuanya adalah manager tanpa adanya staf. Sebuah negara tidak bisa disebut negara jika tidak ada rakyat. Sebuah gereja tidak bisa menjadi gereja jika semua isinya hanya pendeta dan majelis tanpa jemaat. Peran kita boleh kecil tapi itu menggerakkan sebuah sistem yang besar, ibarat sebuah gir kecil yang mampu menggerakkan roda besar. Marilah kita berhenti meratapi peran kita yang kecil, karena kita semua adalah orang-orang hebat!

Tidak ada komentar: