Sejak awal, ketika Yesus bangkit, ada banyak bermunculan teori dan
tindakan yang mempertanyakan, meragukan bahkan menyangkal kebangkitan Yesus
dari kematian. Bermula dari hari kebangkitan, para prajurit Romawi yang bertugas
di bawah perintah Pilatus, menerima uang suap dari para pemuka agama Yahudi
saat itu untuk menyebarkan isu di masyarakat bahwa mayat Yesus telah dicuri
dari kubur. Selanjutnya, seiring perkembangan zaman, semakin banyak teori
bermunculan yang mempertanyakan hal yang sama, mulai dari teori bahwa Yesus
sebenarnya hanya tokoh mitos. Ada juga yang berpendapat bahwa yang disalib
sebenarnya bukan Yesus, jadi Yesus tidak mati disalib ketika itu. Pendapat lain
mengatakan bahwa kebangkitan Yesus hanyalah khayalan para murid belaka, sebuah
halusinasi. Lalu mulai muncul golongan yang meminta bukti fisik tentang
kebangkitan Yesus, hingga kontroversi yang cukup baru saat ini adalah penemuan
makam keluarga Yesus (yang mana kebenarannya masih belum bisa dibuktikan juga).
Saya bukanlah seorang teolog yang berlatar belakang pendidikan
teologi; saya hanyalah seorang awam sehingga sulit bagi saya untuk menjawab dan
menantang semua teori-teori di atas. Sebaliknya, saya hanya menggunakan logika
berpikir sederhana, yang ketika dikombinasikan dengan iman saya, saya tetap
pada pendapat saya bahwa Yesus benar-benar telah mati dan bangkit dari kematian-Nya.
Sebuah logika berpikir sederhana saja: Jika kebangkitan Yesus
adalah sebuah kebohongan, mustahil orang-orang seperti Simon Petrus, Yakobus,
Yohanes dan pengikut-pengikut Kristus lainnya mau ngotot mempertahankan
kebohongan itu, bahkan sampai rela mati karenanya. Kalau ternyata para murid
sepakat menyebarkan berita bohong tentang kebangkitan Yesus, rasanya mustahil kalau
mereka semua sepakat satu suara hingga akhir hayat mereka. Paling tidak,
minimal pasti ada beberapa orang yang menyerah di tengah jalan dan mau membeberkan
bahwa kebangkitan Yesus itu hanyalah kebohongan. Tapi bukti sejarah tidak mengatakan
bahwa ada orang dari kalangan pengikut mula-mula Yesus yang berbuat demikian.
Kalau kebangkitan Yesus hanya kebohongan belaka, mustahil
murid-murid mau keluar dan menyebarkannya kepada orang-orang bukan Yahudi. Kalau
memang mereka merancang suatu kebohongan, target utamanya pasti orang-orang
Yahudi yang pada waktu itu menyangkal kebangkitan Yesus. Tetapi sekarang,
pengikutnya tersebar ke mana-mana, bahkan ke tempat-tempat yang jauh dari Timur
Tengah.
Kalau kebangkitan Yesus hanya sebuah kebohongan, mustahil Saulus
mau berubah menjadi Paulus; dari seorang yang bernafsu membunuh pengikut
Kristus, malah berbalik mengikuti ajaran Yesus. Ada yang berkata kalau Paulus
sebenarnya hanya kedok dari Saulus, musuh dalam selimut, serigala berbulu domba
untuk perlahan-lahan menjatuhkan pengikut Yesus dari dalam. Tapi ia rela mati
dipenggal karena itu? Mustahil!
Sejak awal, para pemuka agama Yahudi mengantisipasi munculnya
golongan Nasrani, yaitu pengikut Yesus orang Nazaret yang menurut mereka
dibangkitkan Allah dari kematian setelah wafat di salib. Mereka takut munculnya
kelompok pemberontak yang memberontak baik terhadap pemerintah atapun terhadap
agama. Mereka meneror dan menyiksa orang-orang dari golongan Nasrani ini. Tapi Gamaliel,
salah seorang dari mereka memberikan beberapa catatan sejarah. Sebelum Yesus,
ada seorang yang bernama Teudas, seorang pemimpin yang memiliki kira-kira 400
orang pengikut. Tapi setelah ia dibunuh, pengikutnya malah tercerai-berai. Setelah
dia, muncul Yudas, tapi ia pun dibunuh dan pengikutnya tercerai-berai. Terakhir,
Gamaliel memberikan nasihat kepada para pemimpin agama Yahudi tersebut, “Jika
pengikut Yesus ini bukan dari Allah, biarkanlah, karena perlahan mereka pasti
akan tercerai-berai juga. Tapi jika ini dari Allah, kita tidak bisa melawannya,
malah kita yang akan melawan kehendak Allah.”
Kalau kebangkitan Yesus hanyalah sebuah kebohongan, berarti ini
adalah kebohongan terbesar sepanjang sejarah, yang telah bertahan hingga lebih
dari 20 abad dan telah menarik milyaran pengikut. Adakah kebohongan yang bisa
bertahan seperti itu? Saya rasa tidak. Berarti, apa yang dinasihatkan Gamaliel
dulu benar terjadi. Pengikut Yesus tidak tercerai-berai, sebaliknya, makin
dihambat, makin berkembang. Gamaliel membuktikannya dengan pemikiran iman
Yahudi, bahwa hal ini memang berasal dari Allah.
Tapi, jika dilihat dengan iman, kebangkitan Yesus tidak butuh
pembuktian secara fisik. Sebuah misteri, dalam kacamata iman, tetaplah menjadi
sebuah misteri yang hanya bisa dibuktikan oleh orang-orang yang meyakininya
saja. Tidak peduli apa kata orang, bukti apa yang diminta orang, iman tidak bisa
diruntuhkan dari penganutnya. Pada akhirnya, saya (dan orang-orang Kristen
lainnya), tidak peduli seberapa tinggi pun pengetahuan teologis saya, tapi dengan
iman Kristen saya meyakini bahwa jika Yesus tidak dibangkitkan dari antara
orang mati, maka sia-sialah kepercayaan saya itu.
* * *
Beberapa sumber Alkitab yang mendasari tulisan ini:
-
Kis.
5:34 – 39
-
1
Kor 15:14, 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar