Minggu, 31 Maret 2013

Jika Kebangkitan Yesus Hanya Sebuah Kebohongan



Sejak awal, ketika Yesus bangkit, ada banyak bermunculan teori dan tindakan yang mempertanyakan, meragukan bahkan menyangkal kebangkitan Yesus dari kematian. Bermula dari hari kebangkitan, para prajurit Romawi yang bertugas di bawah perintah Pilatus, menerima uang suap dari para pemuka agama Yahudi saat itu untuk menyebarkan isu di masyarakat bahwa mayat Yesus telah dicuri dari kubur. Selanjutnya, seiring perkembangan zaman, semakin banyak teori bermunculan yang mempertanyakan hal yang sama, mulai dari teori bahwa Yesus sebenarnya hanya tokoh mitos. Ada juga yang berpendapat bahwa yang disalib sebenarnya bukan Yesus, jadi Yesus tidak mati disalib ketika itu. Pendapat lain mengatakan bahwa kebangkitan Yesus hanyalah khayalan para murid belaka, sebuah halusinasi. Lalu mulai muncul golongan yang meminta bukti fisik tentang kebangkitan Yesus, hingga kontroversi yang cukup baru saat ini adalah penemuan makam keluarga Yesus (yang mana kebenarannya masih belum bisa dibuktikan juga).

Saya bukanlah seorang teolog yang berlatar belakang pendidikan teologi; saya hanyalah seorang awam sehingga sulit bagi saya untuk menjawab dan menantang semua teori-teori di atas. Sebaliknya, saya hanya menggunakan logika berpikir sederhana, yang ketika dikombinasikan dengan iman saya, saya tetap pada pendapat saya bahwa Yesus benar-benar telah mati dan bangkit dari kematian-Nya.

Sebuah logika berpikir sederhana saja: Jika kebangkitan Yesus adalah sebuah kebohongan, mustahil orang-orang seperti Simon Petrus, Yakobus, Yohanes dan pengikut-pengikut Kristus lainnya mau ngotot mempertahankan kebohongan itu, bahkan sampai rela mati karenanya. Kalau ternyata para murid sepakat menyebarkan berita bohong tentang kebangkitan Yesus, rasanya mustahil kalau mereka semua sepakat satu suara hingga akhir hayat mereka. Paling tidak, minimal pasti ada beberapa orang yang menyerah di tengah jalan dan mau membeberkan bahwa kebangkitan Yesus itu hanyalah kebohongan. Tapi bukti sejarah tidak mengatakan bahwa ada orang dari kalangan pengikut mula-mula Yesus yang berbuat demikian.

Kalau kebangkitan Yesus hanya kebohongan belaka, mustahil murid-murid mau keluar dan menyebarkannya kepada orang-orang bukan Yahudi. Kalau memang mereka merancang suatu kebohongan, target utamanya pasti orang-orang Yahudi yang pada waktu itu menyangkal kebangkitan Yesus. Tetapi sekarang, pengikutnya tersebar ke mana-mana, bahkan ke tempat-tempat yang jauh dari Timur Tengah.

Kalau kebangkitan Yesus hanya sebuah kebohongan, mustahil Saulus mau berubah menjadi Paulus; dari seorang yang bernafsu membunuh pengikut Kristus, malah berbalik mengikuti ajaran Yesus. Ada yang berkata kalau Paulus sebenarnya hanya kedok dari Saulus, musuh dalam selimut, serigala berbulu domba untuk perlahan-lahan menjatuhkan pengikut Yesus dari dalam. Tapi ia rela mati dipenggal karena itu? Mustahil!

Sejak awal, para pemuka agama Yahudi mengantisipasi munculnya golongan Nasrani, yaitu pengikut Yesus orang Nazaret yang menurut mereka dibangkitkan Allah dari kematian setelah wafat di salib. Mereka takut munculnya kelompok pemberontak yang memberontak baik terhadap pemerintah atapun terhadap agama. Mereka meneror dan menyiksa orang-orang dari golongan Nasrani ini. Tapi Gamaliel, salah seorang dari mereka memberikan beberapa catatan sejarah. Sebelum Yesus, ada seorang yang bernama Teudas, seorang pemimpin yang memiliki kira-kira 400 orang pengikut. Tapi setelah ia dibunuh, pengikutnya malah tercerai-berai. Setelah dia, muncul Yudas, tapi ia pun dibunuh dan pengikutnya tercerai-berai. Terakhir, Gamaliel memberikan nasihat kepada para pemimpin agama Yahudi tersebut, “Jika pengikut Yesus ini bukan dari Allah, biarkanlah, karena perlahan mereka pasti akan tercerai-berai juga. Tapi jika ini dari Allah, kita tidak bisa melawannya, malah kita yang akan melawan kehendak Allah.”

Kalau kebangkitan Yesus hanyalah sebuah kebohongan, berarti ini adalah kebohongan terbesar sepanjang sejarah, yang telah bertahan hingga lebih dari 20 abad dan telah menarik milyaran pengikut. Adakah kebohongan yang bisa bertahan seperti itu? Saya rasa tidak. Berarti, apa yang dinasihatkan Gamaliel dulu benar terjadi. Pengikut Yesus tidak tercerai-berai, sebaliknya, makin dihambat, makin berkembang. Gamaliel membuktikannya dengan pemikiran iman Yahudi, bahwa hal ini memang berasal dari Allah.

Tapi, jika dilihat dengan iman, kebangkitan Yesus tidak butuh pembuktian secara fisik. Sebuah misteri, dalam kacamata iman, tetaplah menjadi sebuah misteri yang hanya bisa dibuktikan oleh orang-orang yang meyakininya saja. Tidak peduli apa kata orang, bukti apa yang diminta orang, iman tidak bisa diruntuhkan dari penganutnya. Pada akhirnya, saya (dan orang-orang Kristen lainnya), tidak peduli seberapa tinggi pun pengetahuan teologis saya, tapi dengan iman Kristen saya meyakini bahwa jika Yesus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka sia-sialah kepercayaan saya itu.
* * *
Beberapa sumber Alkitab yang mendasari tulisan ini:
-          Kis. 5:34 – 39
-          1 Kor 15:14, 17

Tidak ada komentar: