Sabtu, 18 Januari 2014

Ketika Niat Baik Tidak Sejalan dengan Rencana Tuhan

“Aku sudah merencanakannya dengan amat baik, Tuhan. Tidak ada kecurangan, tidak ada kesalahan, tetapi kenapa masih gagal juga?”
Ada hal-hal dalam hidup ini yang kita pikir sudah kita lakukan dengan baik, tetapi ternyata hal tersebut tidak baik di mata Tuhan atau bukanlah rancangan Tuhan. Sama seperti ketika Abimelekh hendak mengambil Sara sebagai istrinya (Kej 20:1-7).
Sara pastilah wanita yang amat cantik sehingga di usianya yang 90 tahun dan sudah mati haid, ia masih dilirik oleh sang raja Gerar. Semuanya bermula ketika ada rombongan orang asing yang masuk ke wilayah Gerar, dipimpin oleh seorang yang bernama Abraham. Mereka rombongan nomaden, tidak memiliki tanah tetap, hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan mereka hidup dengan mata pencaharian sebagai peternak.
Mungkin mereka sudah kehabisan rumput di lahan lain sehingga mereka masuk ke negeri ini,” mungkin begitu pikir Abimelekh, raja Gerar. “Kalau begitu, mereka akan menjadi saingan bagi para peternak negeriku sendiri.
Maka Abraham dan rombongannya disuruh menghadap kepada Abimelekh sehingga Abimelekh bisa memutuskan apakah mereka bisa tinggal di negeri itu atau tidak. Ketika itulah Abimelekh bertemu dengan Sara.
“Dia saudaraku,” kata Abraham dengan ketakutan.
Sara melirik Abraham dengan terkejut ketika ia mendengar Abraham mengucapkan kata-kata itu. Ia teringat akan janji mereka di awal perjalanan mereka ini. Mereka sudah melakukannya juga sebelumnya di Mesir dan hasilnya tidak terlalu bagus. Beruntung Tuhan melepaskan mereka ketika itu. Lagipula, bukankah Tuhan sudah berjanji kepadanya akan memberikan seorang anak kepadanya dari Abraham? Walaupun antara percaya atau tidak tetapi Sara sudah bermimpi akan memiliki seorang anak bersama Abraham. Dan ini akan mengacaukan segalanya. Atau mungkin justru iman Abraham yang sudah tidak kuat lagi?
Abimelekh tidak bisa menahan keinginannya lagi. Maka ia mengijinkan Abraham tinggal di negerinya dengan syarat Sara, saudara Abraham, menjadi istrinya.
Tuhan pun bertindak, tidak melalui perantara, melainkan langsung menjumpai Abimelekh dalam mimpinya, “Engkau harus mati karena perempuan yang engkau ambil itu sudah bersuami.”
“Aku melakukan ini dengan tulus hati, Tuhan,” kata Abimelekh membela diri. “Bukankah dia sendiri yang berkata kepadaku bahwa perempuan itu saudaranya?”
“Justru karena kau melakukannya dengan tulus hati, maka Aku mencegahmu untuk melakukan dosa.”
Terkadang ada hal-hal dalam hidup ini yang sekalipun sudah kita lakukan dengan tulus, dengan niat yang baik, tetapi ternyata hal tersebut bukanlah rencana Tuhan. Kita boleh menilai tindakan kita sudah tepat, tidak ada kesalahan, tetapi kita tidak pernah tahu hasilnya, bukan? Bukan berarti niat baik kita itu salah, tetapi bisa jadi niat baik itu justru mengeluarkan kita dari jalur rencana Tuhan. Dan bersyukurlah kalau ternyata Tuhan masih menuntun kita dan mengembalikan kita ke jalur rencana-Nya yang seharusnya.

Tidak ada komentar: