Kamis, 03 Januari 2013

Titik Nol



“Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej. 1:1).

Seperti itulah titik nol alam semesta menurut kesaksian penulis kitab Kejadian.

בְּרֵאשִׁית בָּרָא אֱלֹהִים אֵת הַשָּׁמַיִם וְאֵת הָאָרֶץ׃ (Genesis 1:1, WLC)

(B’rei’syi:t bara: Elohi:m eit hasyamayim v’eit ha’arets.)

Menurut Nico ter Linden (lihat “Cerita Itu Berlanjut 1” terbitan BPK Gunung Mulia), untuk menggambarkan titik nol alam semesta, diperlukan huruf awal dalam abjad. Maka penulis Kitab Kejadian menggunakan huruf Bet (ב). Lalu mengapa bukan Alef (א)? Bukankah Alef adalah huruf pertama?

Alef menggambarkan Allah. Titik nol alam semesta digambarkan dengan Bet yang muncul setelah Alef. Kalau begitu, titik nol alam semesta sesungguhnya bukanlah benar-benar titik nol karena sudah ada Allah sebelumnya, Allah yang menciptakan alam semesta itu.

Ketika Allah menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan sangat terencana. Ia menciptakan terang dan menciptakan matahari, bulan dan bintang sebagai sumber pemberi terang itu nantinya. Ia menciptakan cakrawala sebelum menciptakan burung-burung. Ia mengumpulkan air pada lautan sebelum menciptakan ikan-ikan. Ia memberikan daratan kering sebelum menumbuhkan tunas-tunas dan menciptakan hewan dan manusia. Pada akhirnya, Ia sendiri melihat bahwa yang diciptakan-Nya itu “sungguh amat baik.” (Kej. 1:31)

Allah ada sebelum titik nol alam semesta, berarti Ia tidak termasuk dalam alam semesta itu sendiri. Allah tidak terikat pada dimensi ruang, dan yang lebih mencengangkan lagi, Ia tidak terikat pada dimensi waktu alam semesta. Bagi Dia, tidak ada kemarin, hari ini atau besok. Apa yang terjadi kemarin telah Ia ketahui sejak awal alam semesta ini ada, juga apa yang akan terjadi besok telah Ia ketahui.

Kita, manusia, menjalani kehidupan kita dengan menghitung waktu: siang, malam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, awal bulan, akhir bulan, tahun baru, ulang tahun; peristiwa-peristiwa kita tandai dalam bentuk patokan-patokan waktu. Bagi Tuhan, patokan-patokan itu tidak ada.

Tulisan ini ditulis tidak lama ketika satu patokan waktu telah dilewati: tahun baru 2013. Semua yang telah berlalu tidak bisa diulang dan tidak patut disesali karena toh Allah sudah mengetahuinya sejak semula. Kita hanya bisa belajar dari pengalaman masa lalu. Tapi masih ada masa depan, 360-an hari ke depan, masa yang tidak diketahui satupun manusia. Apa yang akan terjadi masih misteri. Tapi Allah tahu. Ia, sang Alef yang ada sebelum alam semesta ada, tahu apa yang akan terjadi di alam semesta jauh sebelum semesta menjalaninya. Ia pun tahu apa yang akan terjadi selama sisa hari di 2013 ke depan. Dan manusia? Kepada siapa lagi manusia bisa bergantung tentang hari depannya, kalau bukan kepada Allah? Dan apa yang Ia rencanakan selalu “sungguh amat baik.”

… I know not what the future holds but I know who holds the future, it’s a secret known only to Him.” (dari lagu “Known Only to Him” ciptaan Stuart Hamblen, dipopulerkan oleh Elvis Presley, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dalam Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) no. 48)

Tidak ada komentar: