“Pada mulanya
Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej. 1:1).
Seperti itulah
titik nol alam semesta menurut kesaksian penulis kitab Kejadian.
בְּרֵאשִׁית
בָּרָא אֱלֹהִים אֵת הַשָּׁמַיִם וְאֵת הָאָרֶץ׃ (Genesis 1:1, WLC)
(B’rei’syi:t
bara: Elohi:m eit hasyamayim v’eit ha’arets.)
Menurut Nico ter
Linden (lihat “Cerita Itu Berlanjut 1” terbitan BPK Gunung Mulia), untuk
menggambarkan titik nol alam semesta, diperlukan huruf awal dalam abjad. Maka
penulis Kitab Kejadian menggunakan huruf Bet (ב). Lalu mengapa bukan Alef (א)? Bukankah Alef adalah huruf pertama?
Alef menggambarkan
Allah. Titik nol alam semesta digambarkan dengan Bet yang muncul setelah Alef.
Kalau begitu, titik nol alam semesta sesungguhnya bukanlah benar-benar titik
nol karena sudah ada Allah sebelumnya, Allah yang menciptakan alam semesta itu.
Ketika Allah
menciptakan alam semesta, Ia menciptakannya dengan sangat terencana. Ia
menciptakan terang dan menciptakan matahari, bulan dan bintang sebagai sumber
pemberi terang itu nantinya. Ia menciptakan cakrawala sebelum menciptakan
burung-burung. Ia mengumpulkan air pada lautan sebelum menciptakan ikan-ikan.
Ia memberikan daratan kering sebelum menumbuhkan tunas-tunas dan menciptakan
hewan dan manusia. Pada akhirnya, Ia sendiri melihat bahwa yang diciptakan-Nya
itu “sungguh amat baik.” (Kej. 1:31)
Allah ada sebelum titik
nol alam semesta, berarti Ia tidak termasuk dalam alam semesta itu sendiri.
Allah tidak terikat pada dimensi ruang, dan yang lebih mencengangkan lagi, Ia
tidak terikat pada dimensi waktu alam semesta. Bagi Dia, tidak ada kemarin,
hari ini atau besok. Apa yang terjadi kemarin telah Ia ketahui sejak awal alam
semesta ini ada, juga apa yang akan terjadi besok telah Ia ketahui.
Kita, manusia,
menjalani kehidupan kita dengan menghitung waktu: siang, malam, hari demi hari,
minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun, awal bulan, akhir
bulan, tahun baru, ulang tahun; peristiwa-peristiwa kita tandai dalam bentuk
patokan-patokan waktu. Bagi Tuhan, patokan-patokan itu tidak ada.
Tulisan ini ditulis
tidak lama ketika satu patokan waktu telah dilewati: tahun baru 2013. Semua
yang telah berlalu tidak bisa diulang dan tidak patut disesali karena toh Allah
sudah mengetahuinya sejak semula. Kita hanya bisa belajar dari pengalaman masa
lalu. Tapi masih ada masa depan, 360-an hari ke depan, masa yang tidak
diketahui satupun manusia. Apa yang akan terjadi masih misteri. Tapi Allah
tahu. Ia, sang Alef yang ada sebelum alam semesta ada, tahu apa yang akan
terjadi di alam semesta jauh sebelum semesta menjalaninya. Ia pun tahu apa yang
akan terjadi selama sisa hari di 2013 ke depan. Dan manusia? Kepada siapa lagi
manusia bisa bergantung tentang hari depannya, kalau bukan kepada Allah? Dan
apa yang Ia rencanakan selalu “sungguh amat baik.”
“… I know not what
the future holds but I know who holds the future, it’s a secret known only to
Him.” (dari lagu “Known Only to Him” ciptaan Stuart Hamblen,
dipopulerkan oleh Elvis Presley, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dalam
Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) no. 48)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar