Take My Life, and Let It Be. Mungkin karena Bahasa
Inggris, jadi banyak yang belum akrab istilah ini. Bagaimana kalau saya ambil
terjemahan Bahasa Indonesianya: “Tuhan, Ambil Hidupku.” Sudah merasa akrab? Ya,
bagi jemaat gereja-gereja mainstream, pasti sudah bisa menebak kalau ini
adalah judul lagu. Sangat terkenal, bahkan terdapat lima versi berbeda di dua
buku nyanyian yang bisa kita temui di Kidung Jemaat 365 a, b dan c, serta
Nyanyikanlah Kidung Baru 181 a dan b.
Nyanyian ini sering dinyanyikan dalam ibadah, khususnya dalam
mengiringi pengumpulan persembahan. Tapi, saking seringnya, makna lagu ini
terasa semakin lama semakin pudar. Saya lalu mencari terjemahan aslinya dan
terkejut bahwa lagu ciptaan Frances Ridley Havergal ini sarat makna! Keenam baitnya
semuanya menyiratkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Kristus.
Setelah merenungkan kata-kata lagu ini, saya lalu berefleksi
dengan pertanyaan: sudahkah saya menyerahkan diri sepenuhnya pada Kristus seperti
pada lagu ini? Apa saja yang perlu kita serahkan pada Kristus? Mari kita lihat satu
per satu.
1.
Take my life, and let it be
consecrated, Lord, to Thee.
Take my moments and my days;
let them flow in ceaseless
praise.
Lagu ini dibuka dengan pernyataan bahwa kita menyerahkan
kehidupan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Apa saja bagian kehidupan itu? Bait pertama
mengatakan bahwa kita harus menyediakan waktu kita untuk Tuhan.
Saya merenungkan bahwa kadang kita sibuk dengan urusan kita
masing-masing sehingga lupa memberikan waktu untuk Tuhan. Mulai pagi, kalau sudah
bangun terlambat, tidak ada waktu berdoa. Pulang malam, kelelahan, juga tidak punya
waktu berdoa. Tuhan menjadi nomor sekian dalam pembagian waktu kita. “Hanya
kalau ingat saja.”
Frances tidak mengatakan, “Take my moments and my Sundays,”
tetapi menggunakan kata days. Setiap hari kita adalah untuk Tuhan, bukan
hanya pada hari Minggu saja.
2.
Take my hands, and let them move
at the impulse of Thy love.
Take my feet, and let them be
swift and beautiful for Thee.
Bait kedua mengajak untuk menyerahkan tangan dan kaki untuk Tuhan.
Singkatnya, seluruh tubuh kita secara fisik. Apapun pekerjaan yang kita
lakukan, entah di tempat bekerja atau di rumah, dan kemana pun kaki kita melangkah
– setiap aktivitas kita adalah untuk Tuhan. Tuhan memungkinkan setiap aktivitas
yang kita jalani berjalan lancar, tidak ada salahnya aktivitas kita itu pun
kita serahkan pada Tuhan.
Bekerjalah bukan untuk nafsu pribadi tapi untuk Tuhan. Kita bisa
menyatakan kasih Tuhan, membuat perubahan bagi sekitar kita, menjadikan segala
sesuatunya lebih baik dan indah jika kita bekerja dengan motivasi untuk Tuhan.
3.
Take my voice, and let me sing
always, only, for my King.
Take my lips, and let them be
filled with messages from Thee.
Kata-kata “Take my voice” ini rasanya menusuk saya sebagai
seorang penyanyi, khususnya penyanyi Gereja. Tidak hanya bagi penyanyi, menurut
saya, tapi bagi setiap pelayan dalam Gereja. Berapa banyak pelayan Tuhan yang melayani
hanya sebagai sekadar rutinitas? Seorang pendeta bisa jenuh, sekalipun bisa
tetap menyusun khotbah, itu pun hanya karena ia seorang pendeta dan tidak ada
pekerjaan lain. Pengerja Gereja, majelis, penatua bisa merasa kelelahan. Banyak
aktivitas pelayanan yang kita lakukan tapi tanpa sadar bahwa kita melakukannya untuk
melayani Sang Raja.
Bagi mereka yang tidak terlibat langsung dalam pelayanan,
Frances juga menambahkan, “Take my lips.” Biarlah setiap kata-kata yang kita
ucapkan pada orang lain tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang omong kosong. Lidah,
kata Yakobus, sulit dikendalikan. Tapi Frances mengajak, mengapa tidak lidah
itu kita pakai untuk menyatakan pesan Tuhan. Ini akan jauh lebih berguna.
4.
Take my silver and my gold;
not a mite would I withhold.
Take my intellect, and use
every power as Thou shalt choose.
Nah, ini yang bikin banyak orang alergi. Menyerahkan kekayaanku
untuk Tuhan? Tuhan bukannya tidak senang kepada orang kaya, tetapi Tuhan
menguji apakah hati kita terikat pada kekayaan itu atau pada Dia yang memberikan
kekayaan. Kekayaan itu tidak dibawa mati. Tapi bukan berarti kita tidak dapat menggunakannya
untuk Tuhan. Berkat yang Tuhan berikan bisa kita pakai untuk menyatakan berkat
Tuhan juga bagi orang lain.
Tidak hanya kekayaan saja, tapi setiap sumber daya yang kita
miliki, termasuk kecerdasan kita. Banyak yang cerdas tapi tidak tahu
menggunakan kecerdasannya itu. Kecerdasannya dipakai untuk membodoh-bodohi
orang lain demi meraih keuntungan sendiri. Kita pun diajak untuk menyerahkan
kecerdasan dan tenaga kita bagi Tuhan.
5.
Take my will, and make it Thine;
it shall be no longer mine.
Take my heart, it is Thine own;
it shall be Thy royal throne.
Keinginan hati pun bisa berbahaya. Normal, memang, kalau
kita menginginkan sesuatu untuk diri kita. Toh, yang punya keinginan kita juga.
Tapi pada dasarnya, manusia adalah makhluk serakah yang tidak pernah puas dengan
keinginannya. Karena itu, Frances mengajak agar kita menyerahkan keinginan kita
pada Tuhan, sehingga bukan keinginan kita lagi yang jadi, melainkan keinginan
Tuhan. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, jauh lebih tahu ketimbang kita
mengetahui kebutuhan kita sendiri.
Tidak cukup hanya menyerahkan keinginan kita, tapi seluruh
hati kita harus diserahkan pada Tuhan, dibuka sehingga Ia bisa masuk dan
bertakhta dalam hati kita. Ketika hati kita sudah dikuasai Kristus, kita pun
menjadi milik Kristus sepenuhnya.
6.
Take my love, my Lord, I pour
at Thy feet its treasure store.
Take myself, and I will be
ever, only, all for Thee.
Terakhir, ketika seluruh hidup, waktu, pekerjaan, pelayanan,
perkataan, kekayaan, kepandaian, kekuatan, keinginan, bahkan hati kita telah
diserahkan pada Kristus, kita pun dengan sendirinya akan tergerak untuk menyerahkan
cinta kita pada Kristus; kita mengasihinya dengan segenap jiwa, akal budi dan
pikiran kita. Kasih ini menyatakan penyerahan diri kita seutuhnya.
Ternyata tidak cukup hanya dengan waktu teduh, berdoa tiap hari.
Tidak cukup hanya dengan persembahan tiap Minggu di Gereja. Tidak cukup hanya dengan
pelayanan. Tuhan menginginkan segenap hidup kita! Inilah yang dimaksud Paulus dalam
Roma 12:1, “[Persembahkanlah] tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar