Sabtu, 20 Oktober 2012

Take My Life, and Let It Be



Take My Life, and Let It Be. Mungkin karena Bahasa Inggris, jadi banyak yang belum akrab istilah ini. Bagaimana kalau saya ambil terjemahan Bahasa Indonesianya: “Tuhan, Ambil Hidupku.” Sudah merasa akrab? Ya, bagi jemaat gereja-gereja mainstream, pasti sudah bisa menebak kalau ini adalah judul lagu. Sangat terkenal, bahkan terdapat lima versi berbeda di dua buku nyanyian yang bisa kita temui di Kidung Jemaat 365 a, b dan c, serta Nyanyikanlah Kidung Baru 181 a dan b.

Nyanyian ini sering dinyanyikan dalam ibadah, khususnya dalam mengiringi pengumpulan persembahan. Tapi, saking seringnya, makna lagu ini terasa semakin lama semakin pudar. Saya lalu mencari terjemahan aslinya dan terkejut bahwa lagu ciptaan Frances Ridley Havergal ini sarat makna! Keenam baitnya semuanya menyiratkan penyerahan diri sepenuhnya kepada Kristus.

Setelah merenungkan kata-kata lagu ini, saya lalu berefleksi dengan pertanyaan: sudahkah saya menyerahkan diri sepenuhnya pada Kristus seperti pada lagu ini? Apa saja yang perlu kita serahkan pada Kristus? Mari kita lihat satu per satu.

1.
Take my life, and let it be
consecrated, Lord, to Thee.
Take my moments and my days;
let them flow in ceaseless praise.

Lagu ini dibuka dengan pernyataan bahwa kita menyerahkan kehidupan kita sepenuhnya kepada Tuhan. Apa saja bagian kehidupan itu? Bait pertama mengatakan bahwa kita harus menyediakan waktu kita untuk Tuhan.

Saya merenungkan bahwa kadang kita sibuk dengan urusan kita masing-masing sehingga lupa memberikan waktu untuk Tuhan. Mulai pagi, kalau sudah bangun terlambat, tidak ada waktu berdoa. Pulang malam, kelelahan, juga tidak punya waktu berdoa. Tuhan menjadi nomor sekian dalam pembagian waktu kita. “Hanya kalau ingat saja.”

Frances tidak mengatakan, “Take my moments and my Sundays,” tetapi menggunakan kata days. Setiap hari kita adalah untuk Tuhan, bukan hanya pada hari Minggu saja.

2.
Take my hands, and let them move
at the impulse of Thy love.
Take my feet, and let them be
swift and beautiful for Thee.

Bait kedua mengajak untuk menyerahkan tangan dan kaki untuk Tuhan. Singkatnya, seluruh tubuh kita secara fisik. Apapun pekerjaan yang kita lakukan, entah di tempat bekerja atau di rumah, dan kemana pun kaki kita melangkah – setiap aktivitas kita adalah untuk Tuhan. Tuhan memungkinkan setiap aktivitas yang kita jalani berjalan lancar, tidak ada salahnya aktivitas kita itu pun kita serahkan pada Tuhan.

Bekerjalah bukan untuk nafsu pribadi tapi untuk Tuhan. Kita bisa menyatakan kasih Tuhan, membuat perubahan bagi sekitar kita, menjadikan segala sesuatunya lebih baik dan indah jika kita bekerja dengan motivasi untuk Tuhan.

3.
Take my voice, and let me sing
always, only, for my King.
Take my lips, and let them be
filled with messages from Thee.

Kata-kata “Take my voice” ini rasanya menusuk saya sebagai seorang penyanyi, khususnya penyanyi Gereja. Tidak hanya bagi penyanyi, menurut saya, tapi bagi setiap pelayan dalam Gereja. Berapa banyak pelayan Tuhan yang melayani hanya sebagai sekadar rutinitas? Seorang pendeta bisa jenuh, sekalipun bisa tetap menyusun khotbah, itu pun hanya karena ia seorang pendeta dan tidak ada pekerjaan lain. Pengerja Gereja, majelis, penatua bisa merasa kelelahan. Banyak aktivitas pelayanan yang kita lakukan tapi tanpa sadar bahwa kita melakukannya untuk melayani Sang Raja.

Bagi mereka yang tidak terlibat langsung dalam pelayanan, Frances juga menambahkan, “Take my lips.” Biarlah setiap kata-kata yang kita ucapkan pada orang lain tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang omong kosong. Lidah, kata Yakobus, sulit dikendalikan. Tapi Frances mengajak, mengapa tidak lidah itu kita pakai untuk menyatakan pesan Tuhan. Ini akan jauh lebih berguna.

4.
Take my silver and my gold;
not a mite would I withhold.
Take my intellect, and use
every power as Thou shalt choose.

Nah, ini yang bikin banyak orang alergi. Menyerahkan kekayaanku untuk Tuhan? Tuhan bukannya tidak senang kepada orang kaya, tetapi Tuhan menguji apakah hati kita terikat pada kekayaan itu atau pada Dia yang memberikan kekayaan. Kekayaan itu tidak dibawa mati. Tapi bukan berarti kita tidak dapat menggunakannya untuk Tuhan. Berkat yang Tuhan berikan bisa kita pakai untuk menyatakan berkat Tuhan juga bagi orang lain.

Tidak hanya kekayaan saja, tapi setiap sumber daya yang kita miliki, termasuk kecerdasan kita. Banyak yang cerdas tapi tidak tahu menggunakan kecerdasannya itu. Kecerdasannya dipakai untuk membodoh-bodohi orang lain demi meraih keuntungan sendiri. Kita pun diajak untuk menyerahkan kecerdasan dan tenaga kita bagi Tuhan.

5.
Take my will, and make it Thine;
it shall be no longer mine.
Take my heart, it is Thine own;
it shall be Thy royal throne.

Keinginan hati pun bisa berbahaya. Normal, memang, kalau kita menginginkan sesuatu untuk diri kita. Toh, yang punya keinginan kita juga. Tapi pada dasarnya, manusia adalah makhluk serakah yang tidak pernah puas dengan keinginannya. Karena itu, Frances mengajak agar kita menyerahkan keinginan kita pada Tuhan, sehingga bukan keinginan kita lagi yang jadi, melainkan keinginan Tuhan. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan, jauh lebih tahu ketimbang kita mengetahui kebutuhan kita sendiri.

Tidak cukup hanya menyerahkan keinginan kita, tapi seluruh hati kita harus diserahkan pada Tuhan, dibuka sehingga Ia bisa masuk dan bertakhta dalam hati kita. Ketika hati kita sudah dikuasai Kristus, kita pun menjadi milik Kristus sepenuhnya.

6.
Take my love, my Lord, I pour
at Thy feet its treasure store.
Take myself, and I will be
ever, only, all for Thee.

Terakhir, ketika seluruh hidup, waktu, pekerjaan, pelayanan, perkataan, kekayaan, kepandaian, kekuatan, keinginan, bahkan hati kita telah diserahkan pada Kristus, kita pun dengan sendirinya akan tergerak untuk menyerahkan cinta kita pada Kristus; kita mengasihinya dengan segenap jiwa, akal budi dan pikiran kita. Kasih ini menyatakan penyerahan diri kita seutuhnya.

Ternyata tidak cukup hanya dengan waktu teduh, berdoa tiap hari. Tidak cukup hanya dengan persembahan tiap Minggu di Gereja. Tidak cukup hanya dengan pelayanan. Tuhan menginginkan segenap hidup kita! Inilah yang dimaksud Paulus dalam Roma 12:1, “[Persembahkanlah] tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah….”

Tidak ada komentar: